src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
Sudah
menjadi opini umum yang selalu diajarkan di kurikulum pendidikan
(terutama di Indonesia), bahwa jagat raya itu tanpa batas karena di
samping tata surya-tata surya lainnya yang belum diketemukan, juga masih
ada galaksi-galaksi lainnya selain Bima Sakti yang diklaim sebagai
tatasurya matahari.
Mereka mengklaim jarak antara bumi dan matahari
sejauh 150 juta km, sedangkan mereka menganggap matahari merupakan
bintang terdekat. Lalu disebutkan bintang Alpha Century merupakan
bintang terdekat setelah matahari, yang diklaim berjarak 4,35 tahun
cahaya, dengan pengertian 270.000 kali jarak bumi ke matahari.
Subhanallah,
kalau memang benar pendapat mereka, lalu dimana letak langit dunia?
Karena hadits shahih menyatakan jarak langit dan bumi 500 tahun
perjalanan unta, jika dihitung sebesar 9 juta km, dan jarak bumi dengan
langit ke tujuh sejauh 126 juta km.
Kalau memang jarak bumi dan
matahari 150 juta km dari pendapat mereka itu, apakah matahari itu
terletak di atas langit ke tujuh? Bagaimana juga letak Alpha Century
yang jaraknya lebih dahsyat lagi?
La haulawala quwwata illa billah.
Juga
perhatikan mereka menyatakan matahari (bersama planetnya, termasuk
bumi) bergerak dengan kecepatan 720.000 km/jam, yang berrti dalam sehari
bergerak sejauh 17.280.000 km. Kalau begitu, sudah sampai dunia mana
seharusnya kita sekarang???
Sekarang mari kita merujuk pada
dalil-dalil shahih mengenai jarak bumi dan langit, jarak antara satu
langit dengan langit lainnya, serta ketebalan tiap langit hingga Arsy.
Dari
Abdullah bin Mas’ud Radliyallaahu 'anhu:”Antara langit dengan langit
yang setelahnya adalah lima ratus tahun perjalanan, dan jarak langit
dengan bumi adalah lima ratus tahun perjalanan, antara langit ke tujuh
dengan kursi adalah perjalanan lima ratus tahun perjalanan, antara kursi
dengan air adalah perjalanan lima ratus tahun, dan Arsy berada di atas
air dan Allah berada di atas Arsy, tidak ada satupun dari amal perbuatan
kalian tersamar atas-Nya.”[HR. Darimi, Ibnu Khuzaimah, Thabrani,
Baihaqi]. Dishahihkan oleh Ibnu Qoyim, adz-Dzahabi, Syaikh ad-Duwaisy
menurut syarat Muslim.
“Antara langit dengan bumi adalah lima ratus perjalanan dan tebal setiap langit itu lima ratus tahun perjalanan.”[HR. Thabrani]
Dari
Abu Huraihah Radliyallaahu 'anhu:”Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bertanya:”Tahukah kalian berapa jarak antara langit dengan
bumi?” Para sahabat berkata:’Kami tidak mengetahuinya.”Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Jarak antara keduanya mungkin
71, 72 atau 73 tahun perjalanan.”
Dari sini Imam Ahmad
rahimahullah berkata:”Jarak antara bumi paling atas dan langit dunia
adalah perjalanan lima ratus tahun, dan antara satu langit dengan langit
lainnya adalah perjalanan lima ratus tahun.”
Syaikh Shiddiq
Hasan Khon rahimahullah berkata:”Dalil-dalil yang shahih telah
menunjukkan bahwa Allah ta’ala menciptakan tujuh langit sebagiannya di
atas sebagian lainnya, juga menciptakan tujuh bumi yang paling atas
dengan langit dunia adalah perjalanan lima ratus tahun, dan antara satu
langit dengan langit lainnya adalah perjalanan lima ratus tahun.”
Dan
harus dipahami bahwa perjalanan yang dikenal pada zaman Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah perjalanan dengan unta. Oleh
karena itu, kalu dihitung jarak antara langit dan bumi, maka harus
berdasarkan perjalanan unta, bukan dengan kendaraan lainnya.
Berkata
Ibnu Qoyim rahimahullah:”Adapun perbedaan jarak antara hadits Abbas
Radliyallaahu 'anhu dengan Abu Huraihah Radliyallaahu 'anhu, kedua
hadits ini saling membenarkan, karena jarak itu bisa berbeda tergantung
cara perjalanannya, perjalanan pos dengan kuda misalkan bisa lebih cepat
tujuh kali ila dibandingkan dengan yang menggunakan unta. Ini adalaha
suatu yang diketahui bersama berdasar pada realita yang ada. Jarak yang
bisa ditempuh oleh kuda dalam tiga hari. Maka saat Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam menentukannya dengan 70 tahun, maka
maksudnya adalah perjalanan cepat dengan kuda sedangkan yang ditentukan
oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dengan lima ratus tahun
perjalanan maka ini adalah perjalanan unta.”
Berkata Imam Dzahabi
rahimahullah:”Tidak ada pertentangan di antara dua hadits ini, karena
lima ratus tahun itu dengan perjalanan unta, adapun yang tujuh puluh
tahun lebih maka itu menggunakan kuda.”
Oleh karena itu, Syaikh
al-Utsaimin rahimahullah berkata:”Apabila telah shahih sebuah hadits
dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, maka kita harus membuang
semua yang menentangnya.”
Jadi, sekarang sudah jelas bahwa
pendapat yang mereka nyatakan itu, bahwa jarak bumi dan matahari sejauh
150 juta km, dan pendapat bathil lainnya, maka itu semua kebohongan yang
besar, yang tidak bisa dijadikan dasar ilmu.
Sudah seharusnya kita
sebagai umat Muslimin merujuk pada perkataan Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam serta para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in dalam hal ini,
karena sudah ada hadits-hadits yang menyatakannya secara jelas.
SUMBER:MATAHARI
MENGELILINGI BUMI, SEBUAH KEPASTIAN AL-QURAN DAN AS-SUNNAH SERTA
BANTAHAN TERHADAP TEORI BUMI MENGELILINGI MATAHARI (Ahmad Sabiq bin
Abdul Lathif Abu Yusuf)
sumber
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
Tidak ada komentar:
Posting Komentar